GELI-GELI

Ibrahim, Harun, dan Musa
Persahabatan memang tak ada nomor duanya. Tiga orang pemuda kampung, Ibrahim, Harun, dan Musa sejak dari kecil selalu bersama-sama. Dari SD sampai lulus SMA mereka sesekolah bahkan sekelas. Waktu masih kecil, mereka bermain bersama. Main gasing, kelereng, mancing dan banyak sekali permainan kegemaran mereka.
Sayangnya, mereka tak pernah belajar mengaji. Bahkan baca surat Al-Fatihah aja masih gagap, apalagi baca Qur’an.
Suatu hari setelah mereka mudik dari kota, mereka pergi ke mesjid untuk shalat berjama’ah maghrib. Namun sayang, di mushola waktu itu tak ada siapa-siapa. Musa dan kedua temannya menunggu jama’ah lain. Hampir setengah jam mereka duduk-duduk di teras mushola, tak ada satupun jama’ah yang datang.
“Him, gimana nih? Nggak ada orang!” tanya Musa pada Ibrahim yang dari tandi ngelamun sambil menghisap Djarum Cokelat di tangannya.
“Lu aja lah yang jadi imam!” jawab Ibrahim.
“Run, lu jadi imam ya?” timpal Musa pada Harun
“Mana gua bisa. Shalat juga baru ni kali” jawab Harun menggelengkan kepalanya.
Setelah saling menunjuk, akhirnya mereka shalat berjamaah maghrib di mushala itu. Dengan terpaksa Musa harus jadi imam, alasannya badan Musa lebih besar dari kedua temannya.
Musa memulai shalatnya. Walaupun bacaannya tak sesuai makharijul hurufnya. Musa serius membaca surat Al-Fatihah. Setelah itu, Musa diam bingung surat apa yang harus ia baca. Seketika itu ia ingat bacaan yang diajarkan guru SMA nya yaitu surat Al-A’la.
“Sabbihisma Robbikal A’laa” hingatan Musa ternyata masih kuat.Sampai akhir surat itu.
“Shuhufi Ibraahiima wa Muusaa”
Sekejap Harun teriak dari belakang Musa. “Mus, kok gua nggak disebut?”
Musa bingung. Seingatnya tak ada nama Harun dalam surat itu. Karena persahabatan, Musa harus solid pada teman satunya lagi, Harun. Lalu ia berkata: “Harun Juga Adaaa”
“Nah gitu dong!” sahut Harun.
Kemudian mereka selesai shalat berjama’ah dan pulang ke rumah masing-masing!!!!